Story

Tak Miliki Keturunan, Kisah Putri Kerajaan Iran Soraya Esfandiary Ini Berakhir Tragis

puanpertiwi.com- Mantan Ratu Iran ini menyimpan kisah sedih usai diasingkan ke Eropa karena perceraiaannya dengan sang raja, Mohammad Reza Fahlavi.
Soraya Esfandiary dikenal dengan sebutan putri bermata sedih. Ia menjabat sebagai ratu pada 1851 hingga 1958.

Soraya memang bukan istri pertama dari sang raja, tetapi istri kedua. Usai sebelumnya menikah dengan Putri Fawzia dari Mesir dan berakhir dengan perceraian. Usai diasingkan ke Eropa, ia menjadi bagian sosialita dan menjadi incaran paparazzi di setiap acara yang dihadirinya.

Kehidupan Soraya dikenal glamor, ia mengenakan permata indah yang diketahui sebagai hadiah selama pernikahan dengan sang raja. Namun gaya hidupnya menutupi kisah pernikahannya yang tragis. Terungkap dari buku yang diterbitkan Vincent Meylan, The Jewellery Archives Reavealed.

Soraya diketahui sebagai seorang selebriti. Ia lahir di Isfahan Iran, 22 Juni 1932. Namun besar di London dan Swiss. Ayahnya, Khalil Esfandiary Bakhtiary adalah duta besar untuk Jerman Barat pada 1950. Ibunya berasal dari Jerman, Eva Karl.

Awal pertemuan Soraya dengan sang raja bermula dari perkenalan dengan kakak raja, Putri Shams, ketika tinggal di London. Soraya diperkenalkan kepada kakaknya dengan anggapan perempuan berusia 18 tahun itu merupakan sosok ideal untuk sang kakak.

Putri Shams kemudian membawa Soraya ke Teheran, Iran dan mengundangnya untuk makan malam dan diperkenalkan dengan sang raja. Soraya pun bertemu dengan ibu suri, Tadj ol-Molouk yang langsung menanyakan kesiapannya menikahi Raja Iran.

“Apakah kamu sangat menyukai raja. Apakah kamu siap dinikahinya?”, lontar ibu suri dilansir CNN seperti diberitakan dailymail. Dua puluh empat jam kemudian merekapun bertunangan. Soraya mendapatkan permata pertamanya dari sang raja. Sebuah cincin berlian di jarinya.

Usai pertunangan, Soraya malah jatuh sakit, ia terkena tifus dan harus berbaring beberapa minggu di atas ranjang. Pasangan ini akhirnya menikah pada 12 Februari 1951. Soraya menjadi Ratu muda Iran.

Ketika pernikahan berlangsung, Soraya terlihat lemah. Dokter kerajaan memintanya mengenakan rompi wol dan kaus kaki untuk menghangatkannya ketika pesta digelar.

Kisah asmara keduanya pun seperti cerita dongeng, hingga Oktober 1954, ketika Soraya berusia 22 tahun. Dokter kerajaan memvonisnya sulit memiliki anak. SIperlukan bertahun-tahun lamanya untuk memiliki anak.

Hal ini mengancam kerajaan yang tak memiliki pewaris tahta. Dua hari kemudian raja pun marah di perayaan ulang tahunnya. Karena saudaranya, Ali Reza tak hadir di pesta tetapi lebih memilih menghadiri acara berburu di Laut Kaspia.

Hari berikutnya, keluarga kerajaan mengumumkan Pangeran Ali Reza meninggal usai tragedi pesawat yang membawanya ke Teheran terjatuh. Karena tekanan keluarga, Raja Shah pun menceraikan Soraya yang diumumkan pada 14 Maret 1958. Ia kemudian diasingkan ke Swiss.

Ia juga diperbolehkan menjalani kehidupan di Roma, Munich, dan Paris dan menjadi bagian sosialita karena dikenal akan koleksi perhiasannya yang menakjubkan. Dia mengenakan perhiasan mewah dari Cartier, Bulgari dan Harry Winston.

Pada 1980, ketika Revolusi Islam terjadi di Iran, jaminan finansial bagi Soraya berkurang. Soraya diketahui menjual sebagian perhiasannya, termasuk kalung berlian Harry Winston. Kalung tersebut dilelang Christie di Jenewa pada Januari 1988. Soraya pun meninggal pada 25 Oktober 2001 di Paris.

Saudaranya, Bijan jadi pewaris seluruh perhiasannya, tapi ketika meninggal, semuanya di serahkan ke negara Jerman. Bagaimana dengan raja Shah? Pemerintahannya mengalami pemberontakan politik pada 1978 dan 1979 dan Raja meninggal pada Juli 1980.

Reporter: Zacky

Leave a Response