Culture

Pendiri Matahari Departement Store, Ditemukan Tewas di Sungai Ciliwung

Puanpertiwi.com– Kabar duka merundung dunia bisnis ritel Indonesia. Pendiri dan sekaligus pemilik Matahari Departement Store, Hari Darmawan, dikabarkan meninggal dunia hari ini, Sabtu (10/3) di usia 77 tahun.

Pembisnis asal Makassar ini, dilaporkan tewas usai mengalami kecelakaan di kawasan Taman Wisata Matahari miliknya di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Operasi tim SAR menemukan Hari dalam keadaan meninggal di Sungai Ciliwung sekitar wilayah Lokawiratama Hankam, Cisarua, pukul 6.30 WIB pagi tadi, setelah sebelumnya dinyatakan hilang di vilanya sekira pukul 21.30 WIB, Jumat 9 Maret 2018. Saat ini, jenazah Hari masih di RSUD Ciawi, Bogor.

Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 27 Mei 1940 merupakan seorang pengusaha yang sudah lama melintang di dunia bisnis ritel Tanah Air. Kiprah usahanya dimulai sejak masih berusia muda. Lulus dari sekolah menengah atas (SMA), Hari merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dia bertemu dan menikahi putri dari pemilik “Mickey Mouse”, sebuah toko serba ada (toserba) berukuran kecil di Pasar Baru, yang pada saat itu menjadi kawasan perbelanjaan terkenal di Jakarta.

Ayah mertua Hari kemudian menjual toko serba ada tersebut kepadanya. Di bawah pengelolaannya, toko berkembang pesat. Pada 1968, dia membeli toserba terbesar di Pasar Baru di masa itu bernama “Toko De Zon” (dari bahasa Belanda yang berarti ‘The Sun’ atau Matahari dalam bahasa Indonesia).

Dia lantas mengganti nama toko itu menjadi Matahari dan gerai pertama dibuka pada 24 Oktober 1958 yang menempati gedung dua lantai seluas 150 meter persegi di Pasar Baru, Jakarta. Pada 1980-an, Matahari membuka cabang-cabangnya di hampir semua kota besar di Indonesia dan toko tersebut terkenal sebagai toko jaringan ritel terbesar di Indonesia.

Setelah sangat sukses membangun kerajaan bisnis retail, Hari pun merambah ke bidang pariwisata dengan membangun Taman Wisata Matahari di Cisarua.

Namun saat terjadi krisis moneter 1997, bisnis swalayan Matahari ikut terkena dampaknya sehingga mengalami kerugian besar. Akhirnya, bisnis tersebut dibeli oleh Lippo Group.

Reporter : Ranov

Leave a Response