Women in Action

Mengenal Emma Poeradiredja Tokoh Pejuang Wanita Tiga Zaman Yang Terlupakan

Jakarta, puanpertiwi.com- Museum Sumpah Pemuda dibawah naungan Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemenetrian Pendidikan dan Kebudayaan secara resmi mempublikasikan pameran tokoh wanita sumpah pemuda yaitu Emma Poeradiredja, kegiatan tersebut sebagai apreasiasi terhadap Emma Poeradiredja sebagai tokoh pejuang wanita tiga zaman di gedung Sumpah Pemudah , Jakarta Pusat Kamis, (26/10/2017).

Agus Widyatmoko, mewakili Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan: “Saya mewakili direktur sejarah di lingkungan kebudayaan sangat menyambut baik penyelenggarakan pameran tokoh Emma Poeradiredja. Ini menunjukkan museum Sumpah Pemuda telah menjembatani kebutuhan masyarakat khususnya generasi muda mengenai informasi sosok pejuang yang bisa dijadikan inspirasi dalam mengisi kemerdekaan.”

Emma Poeradiredja tokoh pejuang perempuan tiga zaman yang ikut aktif dalam proses terselenggaranya Kongres Pemuda Pertama dan Kedua.
Tokoh pegerakan perempuan dari Jawa Barat ini berkarir dan berjuang di berbagai organisasi sosial maupun politik. Salah satunya mendirikan Organiasi Pasundan Istri (Pasi) yang tetap aktif hingga kini.

Emma Poeradiredja dilahirkan di Cilimus, Kuningan Jawa Barat, pada 13 Agustus 1902. Dia adalah puteri pertama dari Raden Kardata Poeradiredja dan Siti Djariyah. Emma adalah satu-satunya putri dari empat bersaudara. Selama bersekolah, Emma selalu bergaul dengan anak-anak Belanda dan pemuda yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Emma menjadi remaja yang memiliki pergaulan luas, berpikiran terbuka dan maju.

Orang tua Emma sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya, mereka tidak membedakan antara pendidikan putra maupun putrinya. Awal pendidikannya, Emma bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada 1910 sampai dengan 1917 di Tasikmalaya. Selanjutnya, Emma sekolah di Meer Uitgebreid Lager, Onderwijs (MULO) Bandung pada 1918.

Ketika duduk di kelas satu MULO Emma sudah masuk menjadi anggota Bond Inlandsche Studeerend (BIS), Kemudian pada 1918 Emma menjadi anggota Jong Java. Pada 1912 Emma menjadi anggota Jong Islamiten Bond (JIB) dan menjadi ketua JIB cabang Bandung.

Pada tahun 1925 muncul kesadaran di kalangan pemuda akan pentingnya persatuan, untuk mewujudkan cita-cita persatuan tersebut disengggarakan Kongres Pemuda Pertama 30 April sampai 2 Mei 1926 Emma menghadiri acara tersebut sebagai wakil dari Jong Islamiten Bond (JIB).

Kongres Pemuda pertama ternyata belum membuahkan hasil keputusan yang kongkrit sehingga perlu adanya lanjutan Kongres kedua pada 27-28 Oktober 1928.
Ia menghadiri Kongres Perempuan pertama pada 22 Desember 1928 di Jogjakarta dan mendirikan Pasundan Istri (PASI) pada 30 April 1930. Dalam organisasi itu Emma menjadi ketua kurang lebih 40 tahun lamanya.

Di bidang politik pada 1938 ia terpilih dua kali menjadi anggota Gemeenterad Bandung sebagai wakil dari Paguyuban Pasundan dan Pasi.
Menjelang akhir pemerintahan Hindia Belanda Emma ditunjuk menjadi ketua Palang Merah wilayah Jawa Barat. Melalui PMI ia membantu merawat para pejuang dan membantu penduduk yang terkena bencana alam.

Emma jatuh sakit saat menghadiri acara Kongres IWKA di Yogyakarta, dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan wafat pada 19 April 1976. Jenazah Emma kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.

Reporter : Kohar

Leave a Response