Women in Action

Cynthia Tenggara. Pengusaha Catering Online Sukses Yang Gemar Beramal

puanpertiwi.com– Peran perempuan dalam dunia bisnis memang tidak bisa diremehkan. Berbagai jenis usaha telah sukses didirikan para perempuan Indonesia. Salah satunya adalah Cynthia Tenggara. Ia adalah seorang pengusaha catering berbasis online yang sangat sukses di Indonesia.

Berawal dari Tiga tahun yang lalu, Cynthia Tenggara tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi pemilik usaha makanan seperti sekarang.

Perempuan kelahiran 1985 ini tidak gemar memasak dan tengah berpikir untuk menjadi seorang pramugari di sebuah perusahaan maskapai internasional. Berkat dorongan sang tunangan yang berpengalaman membesarkan beberapa startup, lulusan public relations ini akhirnya memberanikan diri untuk memulai sebuah usaha berbasis e-commerce.
“(Saat itu) food commerce lagi booming di Jepang dan belum ada di Indonesia,” kata Cynthia seperti dikutip LiveOlive.

Ia pun menceritakan dengan lugas awal mula ia merintis bisnis bento dan katering online-nya, Berry Kitchen, hingga kini memiliki 45 orang karyawan dan melayani sedikitnya 450 pelanggan setiap hari. Meski kurang pengalaman dan harus bersaing dengan banyak usaha katering yang sudah mapan, Berry Kitchen berusaha berinovasi dengan menjadi satu-satunya perusahaan katering online di Indonesia yang menawarkan selusin lauk berbeda setiap harinya.

Tahun ini Berry Kitchen memperoleh kesempatan untuk memperbesar usahanya setelah menerima seed funding sebesar Rp 500 juta dari ANGIN –sebuah jaringan angel investment yang dibentuk oleh Global Enterpreneurship Program Indonesia (GEPI).

Di sela-sela kesibukannya merintis usaha, meracik menu baru, serta mempersiapkan pernikahannya, Cynthia membagikan sedikit pandangannya mengenai uang, pekerjaan dan prinsip hidup yang diwariskan oleh keluarganya.

“Saya selalu percaya kalau uang itu penting, tapi bukan yang terpenting. Alasannya sih karena saya bisa bahagia dengan cukup, sehingga uang itu bukan goal utama saya. Orang tua saya punya toko dan mereka selalu selesai kerja dan pulang ke rumah sebelum jam enam sore. Mereka tidak berkelimpahan, tapi mereka happy.” Tuturnya.

Untuk mengelola bisnisnya, ia mengaku tidak punya anggaran, tapi selalu ada perkiraan kasar (pengeluaran) setiap bulan. Uang dikeluarkan hanya untuk kebutuhan sehari-hari dan tabungan. Ia berusaha konsisten menabung 20% setiap bulan.

Dalam usahanya, ia mengaku selalu mendapat tantangan. Contohnya adalah, pada saat awal Cynthia hanya punya satu chef muda yang sebelumnya bekerja dan belajar bisnis restoran secara otodidak selama 9 tahun, sehingga pengetahuannya tentang bahan-bahan makanan dan sebagainya masih kurang. Karena itulah ia butuh waktu yang lama untuk melakukan trial and error. Sejak dapat partner baru, Cynthia jadi terbantu sekali. (Ivan de Putra, seorang chef berpengalaman yang pernah bekerja di restoran bergengsi L’Atelier de Joël Robuchon di Singapura, bergabung sebagai chef dan salah satu pemegang saham di Berry Kitchen sejak Januari lalu).

“Makmur itu kalau seseorang bisa live like a king and give like a king; hidup seperti raja dan memberi seperti raja. Jadi ketika seseorang punya Rp 50 juta untuk hidup dan Rp 50 juta untuk diberikan ke orang lain. Kalau kita masih self-centric, berarti kita belum makmur.” Pungkasnya.

Cynthia pernah membuat kegiatan amal yang dinamakan “Spare for Share”, dimana ia mengumpulkan barang-barang bermerek bekas pakai yang masih layak untuk dijual kembali dengan harga sangat murah kepada pekerja-pekerja menengah bawah. Seluruh uang hasil penjualan tersebut kemudian disumbangkan lagi ke yayasan atau panti yang membutuhkan.
Reporter: Zacky

Leave a Response