Culture

Taman Jayengrono Ada Spot Jendral Mallaby Tewas

Surabaya, Puanpertiwi.com – Hebatnya perlawanan arek-arek Suroboyo melawan Sekutu hingga memicu pecahnya pertempuran 10 November bisa disimak dalam Taman Jayengreno yang ada di jalan Rajawali Surabaya.

Taman yang dibangun tepat di depan Jembatan Merah Plaza (JMP) oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu memang memiliki beberapa elemen yang mengandung filosofi perjuangan arek-arek Suroboyo.

Salah satunya Spot Mallaby yang ada di dalam taman seluas 5.300 meter. Kenapa dinamakan demikian? karena peristiwa baku tembak antara arek-arek Suroboyo dengan Sekutu terjadi 30 Oktober 1945 terjadi di lokasi sekitar taman.

Taman yang diresmikan wali kota Surabaya Desember tahun 2012 terdapat monumen bambu rincing yang ditempatkan pada 3 area berbeda. Masing-masinb erjumlah 10 buah, 11 dan 45 yang mepresentasikan pertempuran 10 Nopember 1945. Belum lagi bangunan lantai yang dibuat tidak merata sebagai refleksi dari pecahnya

Tidak itu saja, sebagai taman yang diharapkan bisa dinikmati warga kota juga dibangun beberapa air mancur untuk menambah kesan sejuk dan segarnya kota Surabaya yang dikenal panas.

Belum lagi adanya pola lantai tidak beraturan yang menggambarkan hebatnya ledakan granat dari pejuang dalam baku tembak yang menewarkan komandan tentara Inggris, Mallaby. Peristiwa inilah yang membuat pecahnya pertempuran 10 November dan dijadikan Hari Pahlawan di tanah air.

Fasilitas lain yang tak kalah menariknya, di dalam taman Jeyengjono terhadap pangung dengan latar belakang Gedung Internatio. Sebuah bangunan peninggalan Belanda yang masih terawat dengan apik hingga kini. Internatio atau Internationale Crediten merupakan gedung asosiasi komersial para ekonom Belanda.

Hatoyik ketua Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) mengatkan, jika Taman Jayengreno menjadi saksi sejarah tewasnya Jendral Mallaby. ”Mengunjungi taman Jayengrono seolah mengulang kisah pilu pertempuran arek-arek Suroboyo dalam merebut kemerdekaan dari tangan sekutu,” kisahnya dengan suara parau.

Pejuang kini berusia 87 tahun itu mengaku punya keinginan besar agar generasi penerus di Surabaya mau melanjut perjuangan pendahulu dalam merebut kemerdekaan. ”Memang tidak dengan menangkat senjata seperti kami. Tapi, buatlah prestasi membanggakan,” tegasnya seraya mengisahkan secuil Taman Jayengrono yang dipilih sebagai lokasi Sekolah Kebangsaan (SK). (ita)

Leave a Response