Women in Action

Sniper Andal Ini Ternyata Perempuan

Puanpertiwi.com-Selama Perang Patriotik Besar, ratusan ribu perempuan Rusia bertempur di garis depan Uni Sovietmelawan Nazi Jerman selama Perang Dunia II, dan  beberapa dari mereka adalah sniper unggul yang mampu memutarbalikan alur perang.

Salah satu sniper perempuan Rusia yang melegenda adalah Lyudmila Mykhailivna Pavlichenko. Dilansir dari Warhistoryonline.com, 13 Agustus 2018, Lyudmila lahir pada 12 Juli 19916 di Bila Tserkva, Ukraina.
Dia menikah muda pada 1932, saat usia 16 tahun dengan Alexei Pavlichenko dan melahirkan seorang putra bernama Rostislav, tetapi mereka bercerai dan tidak pernah menikah lagi.

Ketika dia berusia 14 tahun, keluarganya pindah ke Kiev di mana dia bergabung dengan Lembaga Sukarelawan Angkatan Darat, Penerbangan, dan Angkatan Laut (DOSAAF). Disini ia dididik menjadi penembak jitu.

Sebagai seorang perempuan tomboi yang kompetitif, dia juga seorang pelari sprinter serta pelompat. Dia menikmati berkompetisi dengan anak laki-laki yang masih berjuang dengan kesetaraan gender dalam sistem Uni Soviet yang baru.

Pada 1937, Pavlichenko menyelesaikan gelar master dalam bidang sejarah dan tengah menyelesaikan studi doktoralnya pada 1941 ketika Nazi Jerman menyerbu Rusia.

Di Odessa ketika serbuan dimulai, dia termasuk yang pertama menjadi sukarelawan, meminta untuk bergabung dengan infanteri. Dia memiliki pilihan untuk menjadi perawat, tetapi dia memilih bergabung dengan 2.000 sniper perempuan lainnya di Tentara Merah.

Pavlichenko bergabung dengan Divisi Rifle Chapayev ke-25 dan dikirim langsung ke front pertempuran pada awal Agustus 1941, dengan senjata semi-otomatis Tokarev SVT-40.

Pada penghujung bulan, ia telah mencapai 100 pembunuhan terkonfirmasi dan dipromosikan meenjadi Sersan Senior.

Lyudmila Pavlichenko, kemudian didaulat menjadi sniper perempuan paling mematikan dalam sejarah, dan Uni Soviet menggunakan namanya untuk propaganda di Rusia. Dia dilaporkan telah membunuh sedikitnya 309 tentara Jerman Nazi, seperti dikutip dari pri.org.

Kisah Pavlichenko tentu saja digunakan dalam upaya propaganda Uni Soviet untuk membuat Amerika Serikat terlibat dalam upaya perang di Eropa pada 1942. Ketika melakukan tur ke Amerika Serikat, ia sering mengejutkan para wartawan Amerika Serikat karena selalu berpakaian apa adanya dan tidak menggunakan pakaian perempuan pada umumnya di masa itu.

Pada 1942, bagaimanapun, Pavlichenko telah terluka empat kali dan menurut catatan Uni Soviet, menderita gangguan stres pasca-trauma berat. Seorang pria yang dicintainya juga baru saja meninggal karena luka akibat perang, setelah Pavlichenko mencoba menyelamatkannya dengan menyeretnya kembali dari medan pertempuran.

Luka Pavlichenko tidak pernah sembuh sepenuhnya. Dia meninggal ketika berusia 58 tahun. Uni Soviet tidak memiliki program perawatan yang layak atau perawatan seumur hidup bagi para veterannya.

Reporter : Bintang

Leave a Response