Culture

Menteri KPPPA: Perempuan Memiliki Potensi Untuk Menjadi Penggerak Perdamaian

Jakarta, Puanpertiwi.com – Perempuan memiliki peran sangat penting sebagai penggerak perdamaian dari berbagai fenomena konflik rumah tangga dan di ruang publik. Hal ini karena saat terjadi konflik, perempuan dan anaklah yang paling menderita.

Pernyataan ini mengemuka dalam Simposium “Peran Ibu dan Ulama Perempuan sebagai Pencipta dan Penggerak Perdamaian dalam Keluarga dan Masyarakat” yang digelar sebagai rangkaian Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-89 dan kunjungan kenegaraan Ibu Negara Republik Islam Afganistan, Y. M. Rula Ghani ke Indonesia, di Hotel Shangri La, Jakarta, Senin (04/12).

Menteri PPPA, Yohana Yembise dan Ibu Negara Republik Islam Afganistan, Y. M. Rula Ghani mengajak agar kaum perempuan dapat berperan dalam pembentukan karakter dan menumbuhkan rasa cinta perdamaian di keluarga dan masyarakat.

“Pada Mei lalu, saya hadir di Simposium Afghan Women : Messenger of Peace. First Lady Afghanistan, Rula Ghani tertarik untuk mempelajari Pancasila dan Kebhinekaan yang saya bicarakan karena mampu mempersatukan Bangsa Indonesia,”ujar Menteri Yohana.

“Bagi kami, peran perempuan, khususnya kaum ibu sebagai pencipta dan penggerak perdamaian sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik karena saat adanya konflik, perempuan dan anak-anaklah yang paling menderita. Sayangnya peran perempuan seringkali luput dari narasi pencegahan konflik,” tegas Menteri Yohana.

Menteri Yohana juga menghimbau agar seluruh perempuan, khususnya kaum ibu mampu menjadi peace maker minimal dalam lingkup keluarga karena keluarga adalah lingkungan yang paling pertama untuk menanamkan nilai-nilai perdamaian.

Ulama perempuan sendiri juga memiliki peran dalam mendorong proses perdamaian dalam penyelesaian konflik, terutama untuk mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Peranannya yang penting dalam mengajarkan kerukunan antarumat beragama dan menciptakan deradikalisasi untuk mencegah aksi terorisme.

Selain bagi Pemerintah Indonesia, isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan salah satu prioritas kebijakan Pemerintah Afghanistan, khususnya terkait peningkatan pendidikan perempuan, pemberdayaan perempuan dalam ekonomi, pencegahan dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, serta peran perempuan dalam keluarga untuk mendorong upaya perdamaian di Afghanistan.

“Selama kunjungan singkat di Jakarta, saya bermaksud untuk mendengarkan pengalaman dan saran dari Indonesia, khususnya peran Ulama Perempuan Indonesia dan pemahaman mereka tentang tuntunan Kitab Suci Al-Quran dalam upaya membangun perdamaian. Selama berlangsungnya simposium, saya menilai bahwa memang benar perempuan memiliki peranan, baik dalam keluarga maupun di lingkup masyarakat yang lebih luas, mampu berdiri melawan kekerasan yang terjadi di kehidupan sehari-hari dan meningkatkan perdamaian dalam lingkungan sekitarnya melalui jalur interaksi damai dimana perpecahan dan perdebatan akan terselesaikan melalui musyawarah, mediasi, dan negosiasi,” ujar Ibu Negara Republik Islam Afganistan, Y. M. Rula Ghani.

Sebelumnya, Menteri Yohana telah melakukan kunjungan ke Afghanistan untuk menjadi keynote speaker dalam Simposium Internasional ke-4 Afghan Women : Messenger of Peace pada 14 – 16 Mei 2o17 lalu. Dalam kegiatan tersebut, Indonesia berkomitmen untuk memberikan bantuan peningkatan kapasitas kepada perempuan Afghanistan melalui pendidikan kepada perempuan, pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), peningkatan kapasitas untuk perempuan dalam proses perdamaian dan dialog termasuk ulama perempuan, serta perlindungan perempuan dan anak.

Pada 2018, Indonesia dan Afghanistan juga sepakat akan mendatangkan 5 perempuan Afghanistan untuk mempelajari program pemberdayaan perempuan di Indonesia yang dapat diimplementasikan untuk membantu perempuan di Afghanistan.

Reporter: Dian/Sumber: KPPPA

Leave a Response