Story

Kisah Horor Perawat Ratu Victoria Kerajaan Inggris

puanpertiwi.com – Kasus pembunuhan 6 anak yang dilakukan oleh perempuan bernama Maria Ann telah mengguncang Inggris dan menjadi berita utama di seluruh dunia.

Pada pukul enam pagi pada hari Sabtu, tanggal 10 Juni 1854, Henry Woolgar, seorang pekerja dari daerah Esher di Surrey, sedang dalam perjalanan untuk bekerja. Ia melewati sebuah pondok dan melihat ada sesuatu yang aneh tergantung dari jendela lantai atas.

Saat dia mendekat, dia melihat, bahwa itu adalah bantal yang penuh berlumuran darah. Dia menekan bel pintu, namun tidak ada yang menjawab. Tetangga lain mulai berkerumun. Kemudian, seorang perempuan terlihat sekilas seperti tengah berusaha menarik perhatian mereka. Woolgar kemudian mengambil tangga, memanjat dan mengintip ke dalamnya.

Awalnya dia tidak bisa melihat apa-apa. Lalu penampakan mengerikan muncul di puncak tangga. Itu adalah Mary Ann Brough. Rambutnya tergerai dan tubuhnya tertutup darah. Saat perempuan itu berbalik ke arahnya, Woolgar melihat tenggorokannya ;uka, dan dari luka itu terdengar suara serak.

Woolgar buru-buru menuruni tangga dan berlari untuk menjemput dokter. Pada saat dia kembali, polisi dan tetangga lain telah masuk dan menemukan adegan horor yang tak terbayangkan.

Mary Ann terbaring di tempat tidur. Di lantai di dekatnya ada putranya William, tenggorokannya luka. Di kamar lain ia menemukan lima anak lagi, semua dengan tenggorokan luka, terbaring mati. Rumah itu ‘dibanjiri darah’.

Georgy (Georgiana), 11 tahun, William, 8 tahun, Carry, 7 tujuh, si kembar Harriet dan Henry, 4 tahun dan bayi berumur satu tahun. Mereka telah dibunuh ibu mereka yang setia, Mary Ann, yang kini terbaring dengan luka parah.

Jawabannya muncul setelah seorang dokter secara ajaib berhasil menjahit tenggorokan Mary Ann, memungkinkannya berbicara. Mary mengaku, telah membunuh anak-anaknya satu per satu dengan pisau cukur, sebelum akhirnya mencoba bunuh diri.

Kasus ini menjadi berita utama di seluruh dunia. Bukan hanya Mary Ann seorang pembunuh tapi, yang mengejutkan, dia pernah dipercaya merawat bayi yang paling penting di Inggris yaitu Bertie, Pangeran Wales, putra sulung Ratu Victoria.
Mary Ann adalah perawatnya yang setia.

Ratu Victoria telah mendelegasikan pengasuhan putra pewaris tahta Inggris pada Mary Ann. Karir Mary Ann sebagai perawat Royal dimulai saat Ratu Victoria memanggilnya ke samping tempat tidurnya pada tanggal 9 November 1841. Ratu sedang dalam proses persalinan dan bersikeras agar bayinya diserahkan ke perawat karena dia tidak berniat menyusui bayi tersebut.

Victoria, yang sama dengan banyak perempuan yang lahir di tahun 1840an, melihat menyusui dengan ‘rasa jijik yang benar-benar tidak dapat diatasi’. Istana kemudian mengiklankan kebutuhan perawat dan menarik sejumlah besar pelamar. Gajinya sangat menarik. Selama delapan bulan bekerja, Mary Ann menerima sekitar £ 50.000 untuk ukuran sekarang.

Kemungkinan Mary Ann berhasil mendapat pekerjaan itu karena suaminya, George, bekerja sebagai groundsman di Claremont House, salah satu properti Royal favorit Victoria, di dekat Esher. Ayahnya juga pernah bekerja di sana.

Siapa yang bisa lebih baik dari istri pelayan yang terpercaya?
Mary Ann telah melahirkan anak perempuan tertuanya, Mary, 8 tahun dan kemudian dia kehilangan beberapa bayi anaknya. Mungkin karena dia mengalami keguguran. Atau mungkin karena mereka meninggal karena kehilangan susu ibu mereka. Ibu mereka dibayar untuk memberikan susunya pada seorang bayi ibu yang kaya raya.

Ratu pada awalnya sangat senang dengan Mary Ann, percaya bahwa dia adalah seorang wanita desa yang sederhana dan sopan. Dan dia melakukan pekerjaannya dengan baik: Pangeran Bertie segera tumbuh menjadi bayi yang gemuk dan sehat. Victoria sempat menderita depresi post-natal. Mary Ann tidak bisa tidur karena kelelahan dan putus asa memikirkan anak-anaknya yang dibawa pergi oleh suaminya.

Setelah pembunuhan anak-anaknya, Mary Ann mengatakan pada Inspektur Biddlecombe, di TKP.
“Ada sesuatu seperti awan di mataku. itu membuatku turun untuk mengambil pisau dan memotong tenggorokanku sendiri.”

Tapi dalam kegelapan itu Mary Ann tidak bisa menemukan pisau di lantai bawah di dapur. Sambil meraba-raba kamar suaminya, dia menemukan pisau cukur. Didorong oleh dorongan gila, dia memotong kerongkongan anak-anaknya, satu per satu.

“Aku mendekati Georgy dan memotongnya dulu. Kemudian lalu ke Henry. Dia berkata, “Jangan, ibu.”
Aku bilang aku harus melakukannya. Lalu berikutnya Bill. Dia tertidur pulas. Aku membalikkannya. Dia tidak pernah terbangun. Aku melukainya.”

Mary kemudian ke kamar tidur berikutnya. “Harriet dan George sudah bangun. Harriet berjuang keras setelah aku memotongnya. Aku kemudian berbaring dan melukai tenggorokanku sendiri. Aku tidak menyadari apa yang terjadi untuk beberapa saat setelah itu. Lalu aku mendapati diriku berada di lantai. Awan hitam besar yang jahat itu lenyap saat itu.”

Beberapa saat kemudian, Mary bangkit, melihat anak-anak itu basah kuyup, dan menyadari apa yang telah dia lakukan. Karena tidak bisa berteriak karena tenggorokannya sebagian terputus, dia meletakkan bantal berdarah dari jendela untuk menarik perhatian.

Pengadilan Mary Ann diadakan pada bulan Agustus 1854. Kasus ini didasarkan pada masalah kewarasannya: apakah dia membunuh anak-anaknya dalam kegilaan. Atau apakah kejahatannya direncanakan dan disengaja?
Pembelaannya disebut ‘alienis’, oleh psikiater unggulan utama Forbes Winslow. Forbes mendiagnosis Mary mengidap ‘kegilaan sementara’ yang disebabkan oleh penyakit otak dan diperparah oleh stres merawat anak-anaknya yang sakit. Inilah yang dia katakan, yang menyebabkan ibu yang normal dan penuh kasih sayang tega membunuh.

Jaksa penuntut tidak setuju, dengan alasan bahwa sebenarnya kejahatan tersebut telah direncanakan sebelumnya. Buktinya, ada surat wasiat yang telah ditemukan, ditulis hanya beberapa jam sebelum pembunuhan terjadi. Di mana Mary Ann mewariskan perhiasan dan barang berharga lainnya kepada anak perempuan tertuanya, Mary, termasuk teko perak dan dua bros, satu dari Ratu Victoria dan satu dari Ratu Belgia, agar barang-barang itu tidak jatuh pada suaminya.

Sementara dalam tahanan Mary bahkan memberi tahu anaknya bahwa ‘alasannya melakukan perbuatan itu karena dia takut akan dipisahkan dari anak-anaknya. Hal itu karena adanya surat persetujuan yang akan ditandatangani pada hari Sabtu. Motifnya, cemburu dan balas dendam.
Selanjutnya, ada bukti perselingkuhan suaminya yang menunjukkan bahwa dia tidak bermoral dan bejat. Hakim setuju dengan pandangan ini, mengatakan kepada juri bahwa Mary Ann tidak bersalah.

Mereka yang terpengaruh oleh bukti Forbes Winslow setuju bahwa Mary Ann telah dicekam oleh kegilaan yang disebabkan oleh ‘ketidak-warasan otaknya’. Karena itu juri merasa ia tidak bersalah karena ia gila.

Surat kabar sebagian besar setuju dengan putusan tersebut. ‘Apakah kredibel,’ tanya seseorang, ‘bahwa, kecuali dalam kegilaan, seorang ibu akan menghancurkan anak-anaknya?’

Beberapa lama kemudian rumah horor Mary Ann menjadi tempat wisata yang mengerikan. Mendapat hasil dengan `menjual pembunuhan ` ke wisatawan, dengan koneksi Royal juga.

Mary Ann menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa di Betlehem di London – yang dikenal dengan nama Bedlam. Disana dia dikenal sebagai tahanan tanpa kekerasan dan diam. Dia mengalami serangkaian goncangan jiwa yang mengakibatkan kelumpuhan, dan akhirnya dia meninggal pada tahun 1861.

Hampir 20 tahun setelah pembunuhan, Tragedi Esher terus mempesona. Seperti ditulkis dailymail, adegan pembunuhan itu diciptakan kembali dalam detail mengerikan di Birmingham Wax Works. Dimana pengunjung dapat memandangi enam tokoh anak-anak itu, masing-masing dengan tenggorokannya dipotong dan ‘pada wajah kecil yang terbuat dari lilin, bayi menelungkup di atas seprai …’. Di sebelahnya, tokoh pembunuhan berlumuran darah memberi label di lehernya – mengingatkan pengunjung tentang hubungannya yang begitu dekat dengan istana.

Reporter : gilz

Leave a Response