Culture

Kemensos Himbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrim, Pemerintah Juga Telah Siapkan Bantuan

Jakarta, puanpertiwi.com – BMKG menghimbau masyarakat untuk waspada akan cuaca ekstrim yang berlangsung selama 3 hari ke depan di seluruh wilayah Indonesia. Menurut BMKG, puncak dari cuaca ekstrim ini akan terjadi pada awal Februari 2018. Sementara pada bulan November ini belum mencapai puncak ekstrim.

Meski begitu angin yang masuk sudah dengan kandungan uap yang tinggi sehingga melahirkan hujan dengan intensitas yang tinggi. Ditambah beberapa daerah yang sudah terkonfirmasi dari BMKG terdampak Siklon Tropis Cempaka, termasuk wilayah yang parah adalah Pacitan, Jawa Timur, serta hampir seluruh wilayah Yogyakarta yang ikut terdampak.

“Dampak dari semua bencana ini mari kita tambahkan kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan doa yang bisa di bangun bersama. Supaya kita melihat hal ini dengan tetap tenang dan waspada,” ujar Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa saat ditemui puanpertiwi.com di Gedung Kementerian Sosial RI, Salemba, Jakarta, Kamis (30/11).

Sementara untuk Kemensos sendiri, berperan dalam dampak dari bencana ini ialah pada cluster pengungsian, logistik, dan layanan dukungan psycosocial.

Dari 35 ribu Tagana yang ada, sudah ada 7024 yang telah memiliki keterampilan psycosocial. Jadi, Tagana sudah bisa melakukan proses trauma healing atau trauma konseling.

“Kita sudah melakukan persiapan secara Nasional pada Oktober lalu di Tomohon. Kita sudah membagi keterampilan Tagana untuk shelter Tagana dapur umum, Tagana evakuasi, dan Tagana umum. Dari bencana yang datang kita sudah meminta Tagana untuk siap siaga. Misalnya bencana Gunung Gunung Agung meletus, kita sudah siap menggerakan Tagananya. Yogyakarta juga sudah disiapkan Tagananya. Kita juga meminta Tagana dari Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan untuk didorong ke Bali,” ungkap Khofifah.

Terkait bencana yang datang, Mensos juga meminta masyarakat dan pemerintah Kabupaten/Kota untuk tingkatkan kewaspadaan bersama di seluruh daerah. Mensos mengungkapkan ada 3 hal yang bisa dilakukan guna menghindari dampak yang berlebih terkait bencana tersebut.

Pertama, Mensos menghimbau untuk selalu betul-betul update dalam melakukan mitigasi bencana. Jika BMKG sudah memberikan warning bencana, bisa di komunikasikan melalui Orari (Organisasi Amatir Indonesia) dan Radio komunitas.

“Untuk melakukan antisipasi seperti hal yang terjadi seperti di Pacitan, yaitu komunikasi yang sempat terputus, maka Orari dan Radio komunitas bisa terus menginformasikan ke masyarakat,” kata Khofifah.

Kedua, selain mitigasi bencana, setiap kabupaten/kota di Indonesia harus segera membentuk Dansatgas (Komandan Satuan Tugas) dan Satgas. Pembentukan Dansatgas dan Satgas akan lebih memepermudah proses rekontruksi pasca bensana, serta bertugas menjadi penanggung jawab dari penyaluran bantuan untuk bencana.

Ketiga, pemerintah daerah yang daerahnya terkena bencana, kemudian disiapkan masa tanggap darurat, maka dimohon untuk menerbitkan SK surat masa tanggap darurat. Kapan pemerintah kota/kabupaten mengeluarkan SK tanggap darurat, maka kabupaten/kota tersebut bisa mengeluarkan cadangan beras pemerintah sampai 100 ton.

“SK tersebut sangat penting mengingat jumlah bantuan yang dapat di distribusikan. Jika beras tersebut telah terpakai, maka pemprov bisa mengeluarkan SK sampai 200 ton. Kalo itu sudah terpakai semua barulah Kementerian Sosial yang mengeluarkan. Seperti, Gubernur Bali yang sudah mengeluarkan 200 ton beras, maka sejak Oktober lalu, Bali telah menggunakan cadangan beras Kemensos. Jika Bali masih membutuhkan hingga Januari 2018, maka kembali lagi dengan SK tanggap darurat dengn beras 200 ton,” terang Khofifah.

Papar Khofifah, Kemensos sendiri memiliki CBP yang dirasa cukup, yakni 278rb ton cadangan beras. Dengan mekanisme tersebut diharapkan dapat mempermudah pemerintah dalam pemenuhan logistik bagi wilayah yang terdampak bencana.

Reporter: Dian

Leave a Response