Culture

Hikikomori Marak du Jepang! Apa Karena Patah Hati?

Puanpertiwi.com – Fenomena mengasingkan diri selama bertahun-tahun yang terjadi di Jepang disebut hikikomori.

Seperti yang telah dilakukan pria berusia 55 tahun, Ikeida yang tinggal di Tokyo, Jepang.

Ia memilih untuk menghindari interaksi dengan tetangga dan juga orang lain. Ia biasanya hanya keluar dari rumah tiga hari sekali untuk membeli makanan dan lainnya.

Ikeida bahkan belum pernah menemui orangtuanya atau adiknya selama 20 tahun.

Sebelumnya, saat masa-masa kuliah dulu hingga lulus, ia beberapa kali mendapatkan tawaran pekerjaan yang menguntungkan dari perusahaan ternama. Maklum, ia menempuh pendidikan di salah satu universitas kenamaan di Jepang.

Namun, Ikeida menyadari jika dirinya tidak bisa mengikuti jejak teman-teman kuliahnya yang bekerja di perusahaan besar dan hidup dari gaji rutin.

“Saya kuliah ke universitas yang bagus, orangtua saya menginginkannya dan saya berupaya keras untuk menyesuaikan diri,” tuturnya.

“Tapi saya sadar, saya harus menyesuaikan diri selama saya mendapat tawaran kerja, tapi saya merasa tidak mampu. Saya tidak bisa pakai jas, dan merasa patah hati,” tambahnya.

Adanya tekanan yang terjadi pada dirinya itu akhirnya membuatnya memilih untuk menutup diri di kamar, menghindari semua bentuk interaksi dengan manusia.

Ikeida, bukanlah nama sebenarnya. Ia selama ini hidup dari dana tunjangan sosial,serta sedikit pemasukan dari menulis artikel online yang ia kerjakan di kamarnya.

Ia sangat ingin pulih dari hal itu dan beberapa kali telah meminta orangtuanya untuk menemaninya ke psikiater, namun mereka menolak.

“Saya ingin masyarakat mengerti bahwa kami bukan orang gila. Saya tidak ingin mati dalam kesendirian,” ungkapnya.

Hingga saat ini, banyak orang menilai fenomena hikikomori ini hanya menimpa kaum remaja dan usia 20-an tahun saja. Namun justru usia paruh baya pun semakin banyak yang melakukan fenomena tersebut.

Menurut survei dari pemerintah Jepang pada 2016 menyebutkan, ada lebih dari setengah juta penduduk yang mengasingkan diri.

Bahkan sepertiganya telah menarik diri dari lingkungan masyarakat selama lebih dari tujuh tahun. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2009 yang berjumlah16,9 persen.

Kini pemerintah mulai melakukan survei hikikomori terhadap penduduk usia antara 40 hingga 59 tahun.

Alasan melakukan hikikomori

Banyak survei yang menyebutkan jika alasan orang-orang melakukan hikikomori setelah mereka terpuruk dalam pekerjaan, sekolah, atau gagal dalam mencari kerja.

Seorang ahli psikologi Jepang, Kayo Ikeda mengatakan, beberapa orang yang menderita skizofrenia akan melakukan hikikomori.

Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku.

“Apa yang kami ketahui adalah mereka telah terluka. Mereka diusik dan mengalami masalah interpersonal dalam pekerjaan,” ujarnya.

Reporter: Bintang

Leave a Response