Culture

Hari Kanker Sedunia, Pemerintah Galakkan Gerakan Sadar Kanker Paru

puanpertiwi.com– Dalam memperingati hari kanker sedunia pada 4 Februari 2018 kemarin, Kementerian Kesehatan, Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Cancer Information Support Center (CISC) dan Perusahaan Pharmacy Astra Zeneca bekerja sama untuk menyadarkan masyarakat penderita kanker Paru untuk giat dalam pada ngobatan hingga sembuh.

Hal tersebut dilakukan karena tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai penyakit kanker paru masih sangat rendah dan beberapa dari pasien kanker paru mengalami kesalahan diagnosa yang sering divonis menderita Tuberkulosis (TB) . Oleh karena itu, banyak pasien dengan kanker paru terlambat terdiagnosa terhadap penyakit mereka.

Hal tersebut dapat membawa pasien kanker Paru untuk mendiagnosa stadium lanjut dan kelangsungan hidup jangka panjang yang tidak berkualitas.

Seperti yang dilakukan disebuah studi di RS. Moewardi, Surakarta, menunjukkan bahwa 28,7% pasien kanker paru mengalami kesalahan diagnosa dengan TB pulmonary dan memiliki sejarah pengobatan anti-TB, di mana 73,4% dari pasien tersebut telah menjalani pengobatan anti-TB selama lebih dari 1 bulan namun hanya 2,5% yang terdiagnosis ganda menderita kanker paru dengan TB pulmonary.

Mengenai hal itu, dr. Niken Wastu Palupi, MKM, Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, mengungkapkan, pasien Kanker Paru harus lebih sadar ketika sudah mengalami kejala kanker Paru dan segera berkonsultasi dengan pihak medis.

“Melihat fenomena keterlambatan diagnosa pasien kanker paru, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menyadari gejala sejak dini dan berkonsultasi kepada tenaga medis untuk meningkatkan keberhasilan proses penyembuhan. Ditambah lagi, langkah pengendalian penyakit kanker paru di Indonesia memerlukan adanya sinergi kerjasama yang baik dari seluruh lapisan masyarakat, ” kata Niken, saat ditemui di dalam Diskusi Meningkatkan kepedulian Masyarakat dan Akses terapi kanker Paru di Indonesia, Selasa (6/2).

dr. Niken juga memaparkan, beberapa inisiatif pun sudah dilakukan baik dari pemerintah maupun pihak swasta, tenaga medis dan organisasi pasien. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna menghambat hal tersebut seperti upaya penyuluhan dan promosi kesehatan serta mensosialisasikan gaya hidup sehat CERDIK (Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin Aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress).

Dalam kesempatan yang sama, dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K) selaku perwakilan dari PDPI dan RSUP Persahabatan mengungkapkan, saat ini perkembangan medis sedang dalam era personalized medicine, terapi yang diberikan ke pasien harus sesuai dengan targetnya (targeted therapy).

Personalized medicine dan targeted therapy memerlukan biomarker untuk menentukan pasien yang tepat bagi terapi tersebut. Biomarker EGFR (epidermal growth factor receptor) digunakan untuk mengidentifikasi pasien kanker paru, khususnya jenis adenokarsinoma bukan sel kecil, dimana di populasi Asia angka kejadian mutasi EGFR ini sebesar 40-60%.

“Meskipun kanker paru merupakan salah satu momok permasalahan di Indonesia, pasien dengan kanker paru masih memiliki peluang terhadap pengobatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Penatalaksanaan kanker paru disesuaikan dengan stadium kanker/kondisi pasien, antara lain seperti operasi bedah, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, dan terapi yang ditargetkan (targeted therapy),” ujar dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K) yang juga merupakan Staff Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK Universitas Indonesia.

Kanker paru-paru memang merupakan penyebab utama kematian terkait penyakit kanker di seluruh dunia. Studi Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan, terdapat 14,1 juta kasus baru kanker dengan jumlah kematian sebesar 8,2 juta.

Ditambah lagi, studi dari Globocan (IARC) menemukan bahwa penyakit kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dengan besaran persentase 30% dan penyebab kematian kedua akibat kanker pada perempuan sebanyak 11.1%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2013, menyebut prevalensi kanker untuk semua kelompok umur di Indonesia 1,4 per mil atau 347.392 orang.

Reporter : Ranov

Leave a Response