Women in Action

Berjuang Dari Kanker, 20 Tahun Kemudian Gadis Ini Jadi Perawat

Puanpertiwi.com – Kanker merupakan penyakit yang banyak ditakuti kebanyakan orang, tak ayal ketika seseorang didiagnosis terjangkit kanker penderitanya harus menjalani serangkaian kemoterapi penyembuhan. Tidak sedikit penderita kanker yang sudah stadium akhir bisa kehilangan nyawa karena penyakit ini.

Kondisi berbeda dialami oleh perempuan bernama Montana Brown saat berusia dua tahun ia telah didiagnosis menderita kanker jaringan ikat yang jarang sekali diderita orang.

Namun kedua orang tua Montana Brown tidak putus asa, mereka kemudian membawa putrinya ke AFLAC untuk menjalani kemoterapi.

Beruntung penyakit Montana sempat membaik sehingga ia bisa menikmati masa kanak-kanak dengan normal. Tetapi semua berubah saat kankernya muncul kembali saat usianya 15 tahun.

Montana pun kembali menjalani kemoterapi lebih banyak dan mengalami masa-masa sulit kala itu. Bertarung melawan penyakit di usia remaja bukanlah hal yang mudah, namun Montana berbeda dalam menyikapinya. Meski diberikan cobaan berat tapi Montana bisa bertahan karena mimpi untuk menjadi seorang perawat.

“Aku melihat perawat di sana begitu peduli, penyayang serta mencintaiku selama sakit, mereka juga benar-benar menunjukkan cinta mereka pada keluargaku, ini membantuku menjadi bangkit,” katanya pada ABC.

Dari pengalaman pribadi yang memiliki penyakit kanker, seorang perawat justru dapat membantu menciptakan ikatan empati khusus dengan anak-anak yang berjuang melawan kanker. Tentu hal tersebut membawa harapan dan inspirasi bagi penderita kanker.

“Aku hanya ingin membantu dan hadir untuk mereka,” ujarnya.

Kini Montana telah bekerja sebagai perawat, bahkan ia menganggap ini semua benar-benar keajaiban untuknya.

“Tidak pernah terbesit di benakku saat usia 24 tahun, aku dapat mencapai impian terbesarku menjadi perawat di rumah sakit tempat aku dirawat dulu, bisa jadi ini hal tergila yang mengagumkan bagiku,” tulisnya dalam unggahan di Facebook Montana.

Reporter: Eva

Leave a Response