Story

Berhati Mulia. Linda Trepainer Adopsi Bayi Kembar Kelainan Genetik

Puanpertiwi.com – Matthew dan Marshall Trepainer, sekarang berusia tiga tahun, adalah bayi kembar yang lahir dengan kondisi aneh. Kepala mereka membesar karena Sindrom Pfeiffer, yang menyebabkan tulang tengkorak mereka menyatu dengan rahim saat masih di dalam kandungan.

Beruntung mereka ditemukan Linda Trepainer. Perempuan berhati mulia ini adalah seorang perawat yang memutuskan mengadopsi mereka ketika masih berusia empat minggu karena orangtuanya tak mampu merawat kedua bayi tersebut.

Linda adalah petugas di Child Protective Services, ia didekati ibu kembar malang itu dan menanyakan apakah ia sudi mengadopsi salah satu dari dua bayi itu. Luar biasa, Trepainer dengan tegas memilih mengadopsi keduanya. Ia berjanji tidak akan memisahkan kakak-beradik itu.

Trepainer, dari Lakeville, Minnesota, AS, bilang, ketika pertama kali melihat si kembar ia berpikir bahwa itu adalah momen paling menggemaskan yang pernah ia alami.

“Mereka punya kepala yang besar dan tubuh yang mungil, punya berat 8 kg tapi tubuh mereka seukuran bayi baru lahir, jadi sebagian besar beratnya berasal dari kepala,” ujar Trepainer.

Ia mengaku langsung jatuh cinta kepada dua bayi itu. Lebih dari itu, ia yakin bahwa mereka adalah anak lelakinya.

“Keluarga dan teman-teman saya menganggap saya gila karena saya berusia 58 tahun dan tinggal menunggu pensiun, tapi bodo amat,” tegasnya.

Matthew dan Marshall didiagnosis mengidap Pfeiffer tipe-2. Tandanya adalah adanya kelainan pada tangan dan kaki yang parah, sambungan fibrosa, dahi tinggi, telinga lebar, dan mata menonjol ke depan.

Selama dua tahun terakhir, keduanya telah menjalani tiga kali operasi untuk membentuk kembali tulang yang telah menyatu sebelum mereka dilahirkan. Dengan begitu, ada ruang untuk otak mereka tumbuh.

Mereka juga memerlukan tabung gas untuk terus bertahan hidup, menggunakan kursi roda untuk berkeliling, dan mesti mengenakan kaca mata karena pandangan yang buruk.

Trepainer juga harus memantau suhu si kembar setiap beberapa jam untuk memeriksa infeksi. Saat tidur, tangan mereka juga harus diikat karena jika tidak bisa menarik tabung pernapasannya.

Tabung yang mereka pakai juga langsung terhubung dengan paru-paru sehingga virus-virus sederhana bisa rentah masuk dan membunuh mereka. Ketika sedang berada di luar, Trepainer mesti menyiapkan tabung oksigen, jaga-jaga bila keadaan darurat.

“Ketika saya masih kecil, saya selalu berpikir ingin menjadi perawat, merawat bayi dan anak-anak,” kisahnya, seperti diceritakan kepada New York Post.

Lepas dari itu semua, yang membuat Trepainer lebih bahagia, banyak orang yang ternyata mencintai si kembar.

Reporter: Zacky

Leave a Response