Culture

Benarkah Cheerleader Olimpiade Musim Dingin Korut Dipaksa Jadi Budak Seks?

puanpertiwi.com – Anggota regu pemandu sorak Korea Utara yang memikat para pemain Olimpiade Musim Dingin, konon juga dipaksa menjadi budak seks oleh politisi papan atas negara tersebut, Demikian kata seorang pembelot dari negara tersebut seperti ditulis SCMP.

“Rombongan seni Korea Utara datang ke sini dan tampil dengan tarian dan nyanyian. Ini tampak seperti pertunjukan mewah di luar,” ungkap Lee So-yeon, seorang musisi militer Korea Utara yang melarikan diri pada tahun 2008, mengungkapkan pada Bloomberg.

“Tapi sesungguhnya, mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk mempromosikan propaganda Kim Jong-un. Mereka juga harus pergi ke pesta dan memberikan layanan seksual.”
Lee mengatakan bahwa pesta-pesta tersebut diadakan “setiap hari” oleh anggota Politbiro Pusat. Dan walaupun mereka tidak menginginkan, mereka harus melayani dengan tubuh mereka. Ini seperti pelanggaran hak asasi manusia.

“Para perempuan di sana, saat mereka hadir, mereka harus menanggalkan pakaian dan sepatu. Mereka diperlakukan seperti barang. Itulah rasa sakit fisik yang harus mereka alami.”

Tidak jelas di mana pesta diadakan, dan tampaknya dia berbicara lebih banyak tentang kehidupan para cheerleader di Korea Utara, dan bukan di Olimpiade tersebut.
Juga tidak jelas bagaimana Lee, yang telah menulis buku tentang pengalamannya menjadi tentara Korea Utara. Kini Lee menjadi juru kampanye anti-Korea Utara. Tidak jelas bagaimana ia tahu tentang perlakuan terhadap para pemandu sorak tersebut.
Bloomberg juga berbicara dengan Kim Hyung-soo, 54, yang membelot ke Korea Selatan dengan anaknya – seorang pemain ski liga nasional Korea Utara – pada tahun 2009.
“Kim memperlakukan semua pelatih dan atlet sebagai “budak” Kim Jong-un, meski dia tidak membuat klaim pelecehan seksual.
Para cheerleader juga dipilih yang tidak cacat, dan memiliki latar belakang yang setia. Faktor ini sangat penting sejak tahap awal,” ungkapnya.

Bulan lalu, An Chan-il, seorang peneliti pembelot yang mengelola Institut Dunia untuk Studi Korea Utara, mengatakan bahwa para pemandu sorak dipilih oleh rezim berdasarkan kriteria yang sulit.
“Mereka harus setinggi 163 sentimeter dan berasal dari keluarga baik-basik,” kata An.
“Mereka yang memainkan instrumen berasal dari sebuah band dan yang lainnya kebanyakan adalah pelajar di universitas elit Kim Il-sung.”

Reporter : gilz

Leave a Response